KOMPAS.com, 2012 - Pencurian data diperkirakan dilakukan secara lebih terarah, dengan target spesifik. Sebanyak 88 persen kasus dilaporkan adalah ulah pihak tak bertanggung jawab.
Demikian beberapa hal yang disebutkan dalam Symantec Intelligence Report edisi Agustus 2012. Laporan yang terbit di akhir September 2012 itu menunjukkan penurunan rata-rata identitas yang dicuri dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Namun, meski angka total tetap sama dan rata-ratanya menurun, pihak Symantec justru mengkhawatirkan adanya hal lain di balik angka tersebut. Maka, mereka menelaah angka median dari statistik itu.
Nilai median dari kedua periode, menurut pihak Symantec, menunjukkan gambaran yang sangat berbeda. Jumlah median dari identitas yang dicuri meningkat hingga 41 persen.
Hal ini disebut sebagai indikasi bahwa penyerang lebih menyeleksi target serangan, bukan sekadar mengambil secara membabi buta dari sejumlah besar data.
Indikasi ini boleh dibilang lebih mengkhawatirkan karena masyarakat umum mungkin akan mengira kasus pencurian data menurun, padahal sesungguhnya ada upaya melakukan pencurian data dengan lebih terencana.
Penyebab paling umum dari kehilangan data, menurut laporan tersebut, adalah oleh pihak tak bertanggung jawab yang umum disebut Hacker. Sebanyak 88 persen dari pencurian identitas pada 2012 dilakukan oleh pihak tersebut.
Meski demikian, kehilangan data juga terjadi akibat hal-hal mulai dari keteledoran pengguna hingga tersebarnya data ke publik secara tidak sengaja. Industri yang paling sering terkena dampaknya adalah industri retail.
Laporan itu juga menampilkan statistik lainnya. Misalnya, rasio Spam di Indonesia meningkat 5,3 persen menjadi 71,9 persen dibandingkan dengan Juli 2012.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar